KONDISI
UMUM DESA WONOKERTO
Keadaan Geografis
Secara geografis Desa Wonokerto
terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur
Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang ,yaitu
sekitar 156 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Malang
tahun 2010, selama tahun 2010 curah hujan di Desa Wonokerto rata-rata mencapai 2.400
mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan
Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama
kurun waktu 2000-2014.
Secara
administratif, Desa Wonokerto terletak di wilayah Kecamatan Bantur Kabupaten Malang
dan dibatasi oleh :
Sebelah
Utara : Desa Kademangan dan Desa Suwaru Kec. Pagelaran
Sebelah
Barat : Desa Rejoyoso dan Desa Karangsari Kec. Bantur
Sebelah
Selatan : Desa Rejosari Kec. Bantur.
Sebelah
timur : Desa Sumberejo Kecamatan Gedangan.
Jarak
tempuh Desa Wonokerto ke ibu kota kecamatan adalah 12 km, yang dapat ditempuh
dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten
adalah sekitar 30 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 ( satu ) jam.
Sedangkan jangkauan pelaksanaan 10 Program Pokok PKK di Desa Wonokerto
Kecamatan bantur terbagi menjadi 4 Dusun, yaitu :
1.
Dusun Krajan
2.
Dusun Wonogiri
3.
Dusun Gampingan
4.
Dusun Gumukmojo
Dan dari 4 Dusun tersebut pada tahun 2014 terdapat beberapa kelompok PKK
yang terinci sebagai berikut :
1.
Kelompok Dasa Wisma : 65 Kelompok
2.
Kelompok PKK RT : 54 Kelompok
3.
Kelompok PKK RW : 11 Kelompok
4.
Kelompok PKK Dusun : 4 Kelompok
Kondisi dan Ciri Geologis Wilayah
Luas
Wilayah Desa Wonokerto adalah 889,97 Ha. Luas lahan yang ada terbagi ke dalam
beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokkan seperti untuk fasilitas umum,
pemukiman, pertanian, perkebunan, kegiatan ekonomi dan lain-lain.
Luas
lahan yang diperuntukkan untuk pemukiman adalah 206 Ha. Luas lahan yang diperuntukkan untuk
Pertanian adalah 457,1 Ha. Luas lahan untuk ladang tegalan dan perkebunan adalah 125,35 Ha. Luas lahan
untuk Hutan Produksi adalah 50 Ha. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas umum
adalah sebagai berikut: untuk perkantoran 0,50 Ha, sekolah 2,52 Ha, Lapangan Olahraga
1 Ha, tempat pemakaman umum 2 Ha, dan untuk sarana jalan 45,50 Ha.
Wilayah Desa Wonokerto secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan
tanah hitam yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Secara
prosentase kesuburan tanah di Desa Wonokerto terpetakan sebagai berikut: sangat
subur 127 Ha, subur 350 Ha, sedang / biasa-biasa 150 Ha, tidak subur/ kritis 100
Ha. Hal ini memungkinkan tanaman padi untuk dapat panen dengan menghasilkan 8,5
ton/ ha. Tanaman jenis palawija sebagai andalan ditanam di sini.
Berdasarkan data yang masuk tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah,
kacang panjang, jagung, dan ubi kayu, ubi jalar, serta tanaman buah seperti
mangga, pepaya dan pisang juga mampu menjadi sumber pemasukan (income) yang
cukup handal bagi penduduk desa ini. Untuk tanaman perkebunan, jenis tanaman
tebu merupakan tanaman utama yang diandalkan. Kondisi alam yang demikian ini
telah mengantarkan sektor pertanian secara umum menjadi penyumbang Produk
Domestik Desa Bruto (PDDB) terbesar yaitu Rp 10.500.850.000 atau hampir 45%
dari Produk Domestik Desa Bruto (PDDB) Desa yang secara total mencapai Rp.23.335.200.000
Jenis tanah merah Desa Wonokerto ini menjadi kurang bagus sebagai lahan
pemukiman dan jalan, karena cenderung gerak ( tanah gerak ). Sebab bangunan tembok, kalau pondasinya tidak maksimal kuat akan
beresiko pecah dan bisa membahayakan jiwa penduduk. Sedangkan keberadaan testur
tanah merah yang lembek dan bergerak juga mengakibatkan jalan-jalan cepat
rusak. Karenannya, pilihan teknologi untuk membangun jalan dari bahan-bahan yang relatif bertahan lama menjadi
pilihan utama.
Sejarah Desa
Sejarah
Desa Wonokerto tidak terlepas dari sejarah desa ini sejak awal bernama Desa Wonokerto
dengan Kepala Desa yang masa jabatannya masih belum baku dan dalam kebiasaannya
biasa disebut dengan Desa Wonolopo. Setelah diterapkannya UU No.5 Tahun 1979 ,
sistem pemerintahannya di sesuaikan dengan UU dan Peraturan yang berlaku. Adapun Kepala Desa yang pernah
menjabat adalah
sebagai berikut
:
1. KASAN MUSTAR
2. SENOWO
3. H. NURSIDIK
4. DJAMAD
5. DJOYODINOMO
6. SOLEH
7. RACHMAD
8. HM. KASTARI Periode
1978 s/d. 1999
9. H. ALI MAS’UD Periode
1999 s/d. 2007
10. H. MUDJIONO Periode
2007 s/d. 2013
11. H. ALI MAS’UD Periode
2013 s/d. 2019
Demografis/
Kependudukan
Berdasarkan
data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2014, jumlah penduduk Desa Wonokerto
adalah :
- Laki-laki : 5.313 jiwa
- Perempuan : 5.619 jiwa
Jumlah penduduk
demikian ini tergabung dalam 3.123 KK.
Agar dapat
mendeskripsikan dengan lebih lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di
Desa Wonokerto maka perlu diidentifikasi jumlah penduduk dengan menitik beratkan
pada klasifikasi usia. Untuk memperoleh informasi ini maka perlulah dibuat
tabel sebagai berikut:
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No
|
Usia
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
|
0-4
|
544 orang
|
|
2
|
5-9
|
714 orang
|
|
3
|
10-14
|
770 orang
|
|
4
|
15-19
|
729orang
|
|
5
|
20-24
|
816 orang
|
|
6
|
25-29
|
929 orang
|
|
7
|
30-34
|
1.104 orang
|
|
8
|
35-39
|
976 orang
|
|
9
|
40-44
|
939 orang
|
|
10
|
45-49
|
914 orang
|
|
11
|
50-54
|
735 orang
|
|
12
|
55-58
|
566 orang
|
|
13
|
>59
|
1.195 orang
|
|
Jumlah Total
|
10.931
orang
|
Dari data di atas nampak
bahwa penduduk usia produktif pada usia 20-49 tahun Desa Wonokerto sekitar 5.678
atau lebih dari 50%. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga
produktif dan SDM.
Tingkat
kemiskinan di Desa Wonokerto termasuk tinggi. Dari jumlah 3.123 KK di atas,
sejumlah 466 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera, 661 KK tercatat Keluarga
Sejahtera I, 2.015 KK tercatat Keluarga
Sejahtera ( II ) , 115 KK tercatat Keluarga Sejahtera ( III ), 13 KK sebagai
sejahtera III plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I
digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka angka KK miskin mencapai 1.127 KK
Pendidikan
Eksistensi
pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan
masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang
pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan
kerja baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah dalam
mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Pendidikan biasanya akan dapat
mempertajam sistematika berpikir atau pola pikir individu, selain mudah
menerima informasi yang lebih maju dan tidak gagap teknologi. Di bawah ini
adalah tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa Wonokerto
Tamatan Sekolah
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
|
Buta Huruf
Usia 10 tahun ke atas
|
-
|
|
2
|
Tidak Tamat SD
|
686
|
|
3
|
Tamat Sekolah SD
|
2.815
|
|
4
|
Tamat Sekolah SMP
|
2.765
|
|
5
|
Tamat Sekolah SMA
|
445
|
|
6
|
Tamat Sekolah PT/ Akademi
|
314
|
|
Jumlah Total
|
5.325
|
Sarana Pendidkan
1. PAUD : 4 buah
2. TK / RA : 5 buah
3. SD Negeri : 5 buah
4. MI : 1 buah
5. SLTP Negeri : 1 buah
6. SLTP Swasta : -
7. MTs. : 1 buah
8. SMU Negeri : -
9. MA : 1 buah
Rentetan data kualitatif di
atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Wonokerto hanya mampu
menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD
dan SMP). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan
mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri. Sebab ilmu pengetahuan
setara dengan kekuasaan yang akan berimplikasi pada penciptaan kebaikan
kehidupan.
Rendahnya kualitas
pendidikan di Desa Wonokerto, tidak terlepas darii terbatasnya sarana dan
prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan
hidup masyarakat. Sarana pendidikan dii Desa Wonokerto baru tersedia di level
pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SMP) serta pendidikan TK umum dan TPQ .Sebenarnya
ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya Sumber Daya
Manusia (SDM) di Desa Wonokerto yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun
sarana atau lembaga ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa Wonokerto..
Kesehatan
Masalah kesehatan adalah
hak setiap orang dan merupakan aset yang amat penting bagi masa depan bangsa
secara umum. Masyarakat yang produktif adalah masyarakat yang sehat fisik dam
mentalnya. Salah satu cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah
mencermati banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Laporan warga
menunjukkan adanya gejala masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi,
yang antara lain disebabkan oleh infeksi pernapasan, gejala Demam Berdarah, Malaria,
dan banyak lagi yang lainnya. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan
kesehatan yang sering dialami penduduk adalah penyakit yang bersifat cukup
berat dan berdurasi lama bagi kesembuhannya, yang diantaranya disebabkan
perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Sarana Kesehatan
1. Puskesmas : 1 buah
2. Polindes : 1 buah
3. Bidan Praktek : 3 orang
4. Pos Kesehatan : 1 buah
5. Posyandu Balita : 10 Pos
6. Posyandu Lansia :
1 Pos
7. Dukun Bayi : 4 orang
Sedangkan data orang cacat
mental dan fisik juga cukup lumayan antara lain : Tuna wicara 8 orang, Tuna
rungu 14 orang, Tuna netra 6 orang dan lumpuh 2 orang.
Hal yang perlu juga
dipaparkan di sini adalah terkait keikutsertaan masyarakat dalam KB. Terkait
hal ini peserta KB aktif tahun 2014 di Desa Wonokerto berjumlah 3.449 orang.
Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 317
bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun masih bisa
dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas kesehatan berupa sebuah
Puskesmas, Maka wajar jika ketersediaan fasilitas kesehatan yang relatif lengkap
inii berdampak positip di Desa kami.
Hal yang perlu juga
dipaparkan di sini adalah kualitas balita. Dalam hal ini, dari jumlah 1.189
balita di tahun 2010, terdapat 0 balita bergizi buruk, 28 balita bergizi kurang
dan lainnya sedang dan baik/sehat. Hal inilah kiranya yang perlu ditingkatkan
perhatiannya agar kualitas balita Wonokerto ke depan lebih baik.
Mata
Pencaharian
Secara umum mata pencaharian warga
masyarakat Desa Wonokerto dapat teridentifikasi ke dalam beberap sektor yaitu
pertanian, peternakan, , jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan
data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 2.985
orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 350 orang, yang bekerja di sektor
industri 115 orang, PNS 254 orang TNI 24 orang, POLRI 5 orang dan bekerja di
sektor lain-lain 2.050 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai
mata pencaharian berjumlah 5.783 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian.
Macam-macam Pekerjaan dan Jumlahnya
No
|
Macam Pekerjaan
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
|
Pertanian
|
2.985 orang
|
|
2
|
Jasa/ Perdagangan
1. Jasa Pemerintahan
2. Jasa Perdagangan
3. Jasa Angkutan
4. Jasa Ketrampilan
5. Jasa lainnya
|
283 orang
113 orang
125 orang
97 orang
15 orang
|
|
3
|
Sektor Industri
|
115 orang
|
|
4
|
Sektor lain
|
2.050 orang
|
|
Jumlah
|
5.783 orang
|
Dengan
melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Wonokerto tidak terlalu
tinggi.
Keadaan Sosial
Karena adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik dii
Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk
menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam
konteks politik lokal Desa Wonokerto, hal ini tergambar dalam pemilihan kepala
desa ( Pildes ) dan pemilihan-pemilihan lain contohnya pada Pileg, Pilpres, Pilkada
dan Pilgub yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Khusus
untuk pemilihan kepala desa di Desa Wonokerto, sebagaimana tradisi kepala desa
di Jawa, biasanya para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah
memiliki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas
dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah
jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena inilah yang biasa
disebut ” pulung ” dalam tradisi
jawa bagi keluarga-keluarga tersebut.
Jabatan
kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada
anak cucu. Mereka dipilih karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan
kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa
jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun norma-norma yang berlaku. Begitu
pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap yang kesemuanya mengacu kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan
demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah
ditentukan dalam perundangan dan peraturan yang berlaku, bisa mengajukan diri
untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan
desa Wonokerto pada tahun 2013. Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni
hampir 95%. Tercatat ada tiga kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti
pemilihan kepala desa. Pemilihan kepala Desa bagi warga masyarakat Desa Wonokerto
seperti acara perayaan desa.
Pada bulan
Juli tahun 2010 ini masyarakat juga dilibatkan dalam pemilihan Bupati Kabupaten
Malang secara langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari pada
pilihan kepala Desa, namun hampir 70% daftar pemilih tetap, memberikan hak
pilihnya. Ini
adalah proggres demokrasi yang cukup signifikan di desa Wonokerto.
Setelah
proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk
pikuk warga dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan
sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam
sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh
tolong menolong maupun gotong royong.
Walaupun
pola kepemimpinan ada di Kepala Desa namun mekanisme pengambilan keputusan
selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Permusyawaratan
Desa maupun lewat masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola
kepemimpinan di Wilayah Desa Wonokerto mengedepankan pola kepemimpinan yang
demokratis.
Berdasarkan
deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Wonokerto mempunyai dinamika politik lokal yang bagus.
Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, mekanisme pemilihan
kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem
politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal. Tetapi terhadap minat
politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat
dimengerti dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian
masyarakat Desa Wonokerto kurang mempunyai greget, terutama yang berkaitan
dengan permasalahan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara langsung.
Berkaitan
dengan suasana budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Wonokerto. Dalam
hal kegiatan agama Islam misalnya, suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek
budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari dipakainya kalender Jawa/ Islam,
masih adanya budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni dan lainnya, yang
semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Dengan
semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai
mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal inii menandai babak baru
dinamika sosial dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa Wonokerto.
Dalam rangka merespon tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial,
politik, agama, dan budaya di Desa Wonokerto. Tentunya hal ini membutuhkan
kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya berlembaga dan berorganisasi
adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan kerawanan dan
konflik sosial.
Kondisi
Pemerintahan Desa.
Keberadaan Rukun
Tetangga (RT) sebagai bagian dari satuan wilayah pemerintahan Desa Wonokerto
memiliki fungsi yang sangat berarti terhadap pelayanan kepentingan masyarakat
wilayah tersebut, terutama terkait hubungannya dengan pemerintahan pada level
di atasnya. Dari kumpulan Rukun Tetangga inilah sebuah Dusun (Rukun Warga / RW)
terbentuk
Wilayah
Desa Wonokerto terbagi dalam 54 Rukun Tetangga (RT) dan 11 Rukun Warga ( RW )
yang tergabung di dalam 4 Dusun yaitu:
1. Dusun
Krajan : terdiri dari 17 RT dan 3 RW.
2. Dusun
Wonogiri : terdiri dari 11 RT dan 2 RW.
3. Dusun
Gampingan : terdiri dari 17 RT dan 3 RW.
4. Dusun
Gumokmojo : terdiri dari 9 RT dan 3 RW.
Sebagai
sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Wonokerto tidak bisa lepas
dari strukur administratif pemerintahan pada level di atasnya.
Nama Pejabat Pemerintah Desa Wonokerto
No
|
Nama
|
Jabatan
|
1
|
H. Ali Mas’ud
|
Kepala Desa
|
2
|
Eko Bambang W.
|
Kaur Umum (Plt. Sekretaris
Desa)
|
3
|
Hari Suwarno
|
Kaur Keuangan
|
4
|
H. Moh. Hosen
|
Kamituwo
|
5
|
Suryat
|
Kamituwo
|
6
|
Sutrisno
|
Kamituwo
|
7
|
Sudarno
|
Kamituwo
|
8
|
Adi Puryanto
|
Kepetengan
|
9
|
Masruji
|
Kepetengan
|
10
|
Sunardi
|
Kepetengan
|
11
|
Imam Syafi’i
|
Kebayan
|
12
|
Abdul Mujib
|
Kebayan
|
13
|
Suwiono
|
Kebayan
|
14
|
H. Moh. Asma’i
|
Modin
|
15
|
Sukadi
|
Modin
|
16
|
Imamatul Amaliyah
|
Operator
Komputer
|
17
|
Sumono
|
Kuwowo
|
Nama-Nama Pengurus TP-PKK Desa Wonokerto
No
|
Nama
|
Jabatan
|
1
|
Siti Rokatun Ali Mas’ud
|
Ketua
|
2
|
Dra. Sumiyem Dwiarti
|
Wakil Ketua
|
3
|
Sundari
|
Sekretaris
|
4
|
Suswati
|
Bendahara
|
5
|
Supatemi
|
Ketua Pokja I
|
6
|
Luluk Hidayati
|
Anggota
|
7
|
Sariah
|
Anggota
|
8
|
Sutiami
|
Anggota
|
9
|
Sukartin
|
Ketua Pokja II
|
10
|
Nanik Sri Wahyuni
|
Anggota
|
11
|
Naning
|
Anggota
|
12
|
Nur Cholifah
|
Anggota
|
13
|
Marsiti
|
Ketua Pokja III
|
14
|
Sri Sutrisno
|
Anggota
|
15
|
Lilik Rindayanik
|
Anggota
|
16
|
Marlina
|
Anggota
|
17
|
Wiwid
|
Ketua Pokja IV
|
18
|
Widarwati
|
Anggota
|
19
|
Mujiyah
|
Anggota
|
20
|
Ida Herniati
|
Anggota
|
0 komentar:
Posting Komentar